Articles in Category: Artikel

PENGENDALIAN DIRI BERUCAP KATA YAKIN

on Thursday, 31 August 2017. Posted in Artikel

Mas Hushendar, S.H., M.H.

Wakil Ketua pengadilan Tinggi Maluku utara

 

          Untuk meneguhkan suatu keberhasilan atau prestasi yang akan diperoleh dalam  dunia olah raga, politik, hukum, para tokoh  atau penentu sentral pengambil keputusan atau kebijakan tak jarang melontarkan ucapan kata “Yakin”. Masih terbayang dalam ingatan kita seperti : Pada running text Metro TV “Menpora yakin timnas U-22 raih emas sea game”.  Alfred Riedl sudah yakin timnya juga bisa menang melawan Thailand terutama setelah berhasil menyingkirkan Vietnam di semifinal. Sekretaris Jenderal DPP Golkar Idrus Marham meyakini pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saipul Hidayat akan memenangkan putaran kedua Pilkada Jakarta (JAKARTA, KOMPAS.com, 17/02/2017). Ternyata apa yang diucapkan Alfred Riedl, Idrus marham, dan Menpora tidak menjadi kenyataan. Pertanyaan sekarang apakah  kata “Yakin” ini telah tepat diucapkan, bagaimana  pertanggungjawabannya apabila tidak menjadi kenyataan, dan apa reaksi publik terhadap pernyataan tersebut.

         Definisi/arti kata 'yakin' di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah a 1 percaya (tahu, mengerti) sungguh-sungguh; (merasa) pasti (tentu, tidak salah lagi). Keyakinan seseorang timbul atas dasar pengamatan dan penilaian obyektif terhadap dirinya atau sesuatu obyek/permasalahan sehingga mempercayai keadaan yang sebenar-benarnya dan dapat dipastikan mencapai hasil akhir yang baik atau buruk. Penilaian atas kebenaran dirinya atau raihan hasil akhir seratus persen menjadi kenyataan. Sebagaimana Syaikh Al-Jurjani menjelaskan bahwa Yakin menurut istilah adalah meyakini sesuatu itu seperti itu dan meyakini bahwa hal itu tidak mungkin kecuali seperti itu, serta senantiasa akan sesuai dengan kenyataan. Menurut Islam yakin yang sebenar-benarnya disebut Haqq Yakin sebagaimana Allah berfirman “Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar kebenaran yang diyakini.”

         Para pejabat, pemimpin atau tokoh tersebut untuk memperkuat ucapannya berani  memberikan jaminan dengan bersumpah dan bermacam sumpah yang ditawarkan oleh tersangka  atau terdakwa. Sebagaimana Anas Urbaningrum sekalipun telah dinyatakan terbukti bersalah oleh  putusan Majelis Hakim,  ia merasa yakin  bahwa dirinya tidak terlibat korupsi atau pencucian uang dengan ajakan menantang  Majelis Hakim dan Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), untuk melakukan “Sumpah Kutukan (mubahalah)”. Lain halnya dengan Eks Hakim Konstitusi Patrialis Akbar membantah terlibat perkara korupsi (suap) sehingga berani bersumpah sampai ke Lauh Mahfuzh. Padahal sumpah dengan  mengatasnamakan Allah berat pertanggungjawabannya karena akan termakan sumpah apabila yang diucapkannya itu tidak benar bertentangan dengan apa yang diperbuatanya. Bukan mustahil pernyataan itu, hanya untuk menyelamatkan kehormatan, jabatan, dan rasa malu dirinya, keluarga dan organisasinya. Yang terpikirkan olehnya untuk keselamatan di dunia sehingga melupakan rasa malu, takut, dan khawatir terhadap Tuhan semesta alam yang akan menuntut pertanggungjawaban kehidupan di akhirat. Orang yang mengucapkan sumpah bohong atau palsu akan mendapat murka Allah Azza wa Jalla berupa siksa yang pedih.

         Terdapat pula untuk memperkuat keyakinannya seorang tokoh politik dengan berjanji yang cukup berat, seperti diucapkan oleh Politisi Partai Golkar Nusron Wahid  "Sudahlah potong tangan saya, kalau Ahok kuat berhenti main politik, enggak bisa. Saya yakin orang seperti Ahok itu gatal kalau enggak main politik," kata Nusron, di acara peluncuran buku "Ahok di Mata Mereka", di Hotel Pullman, Jakarta, Rabu (19/7/2017). Pada kenyataannya apa yang dijanjikan tidak dipenuhinya sebagaimana janji Anas Urbaningrum yang mengatakan bersedia digantung di Monas (Monumen Nasional) jika terbukti menerima satu rupiah dari proyek pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang, padahal vonis Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta telah menyatakannya terbukti melakukan korupsi dan pencucian uang. Menurut Islam bagi yang mengingkari janjinya termasuk orang yang memiliki sifat munafik dan sebaliknya bagi yang memelihara janji termasuk orang yang beruntung. Menurut Qur’an Surat Al Isra : 34 “Penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya”.

         Perkataan yakin terhadap suatu masalah, apabila dipublikasi melalui media masa dapat mengadung maksud selain janji kepada diri sendiri, juga janji kepada orang banyak yaitu terhadap yang membaca dan mendengar ucapannya karena menimbulkan pengaruh terhadap pikiran orang lain. Paling tidak menarik pikiran atau bisa jadi  menimbulkan kepercayaan atas kebenaran ungkapan tersebut, bahkan lebih jauh dapat meyakinkan orang lain. Publik, simpatisan atau pendukungnya dapat turut mendorong terciptanya keberhasilan tersebut. Partisipasi dukungan dapat berupa materil/dan atau moril, seperti : Biaya kampanye, biaya pengerahan pendukung, menarik suporter, dan setidaknya berbentuk doa. Namun dalam kenyataannya  suatu masalah yang diyakini akan berhasil, ternyata hasil akhirnya meleset tidak sesuai dengan yang diucapkan sehingga menimbulkan tanggapan, pembelaan atau evaluasi dari sang pengucap atas kegagalannya itu.

         Keyakinan prestasi berupa kemenangan sebagai juara dalam dunia olah raga khususnya sepak bola, riskan meleset. Bukankah dalam proses pelaksanaannya terkadang dihadapkan pada keadaan non teknis seperti : kesehatan pemain, kondisi cuaca, dan kepemimpinan wasit. Apalagi dalam sepak bola karena bola itu bulat sehingga hasil pertandingannya susah ditebak, adakalanya yang diprediksi sebagai si kuda hitam bisa menjadi juara. Demikian pula dalam dunia politik seperti pemilihan Presiden dan Kepala Daerah, adakalanya tidak mudah ditebak, karena perubahan dukungan pemilih dalam hitungan waktu cepat terus bergerak tergantung kepada peristiwa politik yang terjadi dan diperankan oleh partai politik pendukung.

         Pernyataan “Yakin” dalam proses peradilan, seperti Penasihat Hukum Terdakwa menyatakan : Yakin terdakwa akan diputus bebas atau yakin terdakwa tidak terbukti melakukan pembunuhan berencana, lebih rasional karena lebih terukur dari nilai-nilai pembuktian yang terungkap dalam persidangan. Asalkan penilaiannya dapat dipertanggungjawabkan karena tidak subyektif semata-mata untuk kepentingan terdakwa, melainkan mengutamakan  kepentingan hukum. Bukan mustahil keyakinan yang menjadi kenyataan tersebut tidak sesuai dengan kebenaran yang hakiki karena alat bukti yang diajukan di persidangan tidak kuat sehingga terdakwa dibebaskan oleh pengadilan, padahal sesungguhnya ia pelaku tindak pidana tersebut.              

Ucapan yakin yang dilandasi kepentingan tertentu tidak sesuai dengan yang sesungguhnya, tidak selayaknya dilakukan karena tidak mendatangkan kebaikan dan termasuk berbohong. Bukankah seorang bijak mengatakan : Lisan itu bagaikan perak dan diam itu adalah emas. Artinya kita berucap untuk suatu kebaikan bernilai perak dan diam apabila hanya akan berkata yang membawa keburukan maka nilainya seperti emas. Dalam suatu hadits : “Perkataan yang bagus merupakan sedekah  (Walkalimatuth thoyyibatu shodaqotun)”. (HR. Bukhari) . Perbuatan bohong tidak dibenarkan menurut ajaran agama apa pun, kecuali berbohong demi kedamaian “Bukanlah disebut pembohong, orang yang mendamaikan/merukunkan manusia. Ia mendatangkan apa yang menyebabkan kebaikan, atau mengucapkan perkataan yang membawa kebaikan”. (HR. Bukhari)

        Apabila pada waktunya pernyataan itu tidak menjadi kenyataan, reaksi publik dapat beraneka ragam. Dapat menilai sebagai suatu kebohongan yang menimbulkan rasa kecewa sehingga menurunkan kepercayaan. Ada pula anggota masyarakat yang mengangap angin lalu karena sudah terbiasa menyaksikan dan mengalami kejadian seperti ini. Jika sudah begini, jangan harap adanya reaksi keras yang menuntut pertanggungjawaban kebenaran pernyataannya tersebut berupa sanksi sosial, apalagi sampai adanya tuntutan hukum ke pengadilan.

         Menyatakan sesuatu yang tepat dan benar dengan kata “Yakin” tidak mudah. Apalagi keyakinan tentang sesuatu hal yang banyak tergantung dan dipengaruhi berbagai faktor pendukungnya memerlukan pemikiran yang ekstra karena jangan sampai prediksi tersebut meleset tidak sesuai kenyataan. Untuk mencapai keyakinan atas sesuatu dapat melalui proses : Semula ragu, percaya, dugaan keras, dan baru timbul keyakinan, tentu penilaian harus didasarkan pengetahuan, keakhlian, keilmuan, dan profesionalisme. Ada yang mengatakan yakin itu bersifat mutlak sedangkan percaya bersifat relatif. Bagi seorang muslim, keyakinan yang dijamin kebenarannya dan akan terwujud menjadi kenyataan adalah segala sesuatu yang telah menjadi  firman Allah SWT. dan sunah Rasulullah.

         Pernyataan yakin untuk memperkirakan atau memprediksi sesuatu mirip seorang peramal. Bedanya peramal meramal berkait dengan nasib atau keberuntungan seseorang dan  menggunakan ilmu dan kekuatan tertentu yang tidak logik. Dinilai sebagai sirik bagi orang yang meminta bantuan dan mempercayai hasil jasa peramal yang dilarang dalam agama Islam. Oleh karena itu kita janganlah dipandang sebagai seorang yang mendekati peramal dan bukankah pernyataan “Yakin” suatu yang bersifat agamis sehingga harus selektif untuk diucapkan, bukan membiarkan lidah tak bertulang melepas kata-kata yang berakibat tidak sesuai dengan kontek dan maknanya. Bukankah segala sesuatu yang akan terjadi di muka bumi ini tak lepas dari ridho dan anugrah Tuhan Yang Maha Kuasa, tidak boleh mendahului keputusanNya. Untuk menghindari resiko penilaian negatif terhadap yang melontarkan kata lebih baik cukup mengatakan “Percaya” atau “Optimis” yang tingkatannya di bawah “Yakin”. Ucapan Menpora yakin timnas U-22 raih emas sea game dalam paceklik prestasi ini, paling tidak telah memacu semangat juang para pemain, official, dan, pelatih pada setiap pertandingan untuk mengalahkan lawan,  bukan sebaliknya menjadi beban karena realitanya pada pertandingan semi final dikalahkan oleh Malaysia.  Dengan hasil pertandingan tidak sesuai dengan apa yang diyakininya, apakah tidak selayaknya permohonan maaf mengemuka sebagai wujud penyesalan dan pertanggungjawaban.

# Catatan :

Tulisan Artikel/Opini ini telah dimuat dalam Surat Kabar

Seputar Malut” hari Selasa, tanggal 29 Agustus 2017 pada Hal. 9.

MENEPATI UNDANGAN BAGIAN DARI REVOLUSI MENTAL

on Tuesday, 08 August 2017. Posted in Artikel

Oleh : Mas Hushendar, S.H.,M.H.

Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Maluku Utara

 

             Penghargaan atas disiplin waktu tak lepas menjadi perhatian terpenting dalam berbagai kehidupan sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, politik, dan hukum. Agama pun mengaturnya yang mengingatkan “Merugilah orang yang tidak memanfaatkan masa atau waktu” sebagai implementasinya pelaksanaan ibadah shalat, puasa, zakat, dan haji telah ditentukan waktunya, t idak menepati waktu berakibat tidak sah pelaksanaan ibadah tersebut. Jadwal dan pembatasan waktu kita jumpai dalam bermacam kegiatan, seperti : lingkungan kerja, transportasi, suatu  pertunjukan atau hiburan, dan belajar-mengajar mulai dari play group hingga perguruan tinggi. Oleh karena itu sesungguhnya kita sudah terbiasa diatur oleh waktu dalam melaksanakan kehidupan ini. Namun kebiasaan memenuhi waktu dalam banyak kegiatan, tidak selamanya berlangsung sama terhadap kegiatan lainnya. Kurang penghargaan terhadap waktu ini, diantaranya dalam memenuhi undangan. Apakah itu undangan rapat, pesta pernikahan, upacara, dan acara lainnya. Keadaan demikian kita sadari, dianggap lumrah dan dimaklumi, makanya terus berjalan dari waktu ke waktu yang telah  berlangsung cukup lama seolah menjadi budaya. Tentu ini bukan budaya karena tidak mengandung nilai positif, melainkan sejauh merupakan “Tradisi atau kebiasaan buruk” yang perlu dilakukan perubahan.

 

Dampak negatif

            Dalam suatu malam saya menghadiri undangan pesta pernikahan di Ternate karena lama menunggu, jam makan malampun telah lewat, dan rombongan pengantin masih belum datang. Terjadilah obrolan kesana kemari, seorang teman menimpali temannya yang belum sempat makan, makanya berdasarkan pengalaman saya sebelum pergi makan lebih dahulu karena nanti pengantin baru datang setelah undangan banyak yang hadir. Dalam benak saya, apakah ini merupakan kearifan lokal pasangan pengantin bagai Raja dan Ratu semalam yang menghendaki disaksikan dan mendapat doa dari banyak tamu, padahal tamunya seolah berlomba datang terlambat. Pada kesempatan lain saya menghadiri suatu rapat, kepada undangan yang duduk di sebelah kursi saya katakan sebelum jam undangan yang ditentukan saya sudah hadir di sini, tapi acara sudah jauh lewat waktu belum dimulai. Yang duduk di sebelah menjawab, saya dulu begitu, tetapi sekarang menyesuaikan karena hampir setiap undangan pelaksanaannya lewat waktu. Hati saya pun mengamini, memang benar sering menghadiri undangan atau kegiatan pelaksanaannya molor.  Pengalaman teman yang lain mengatakan ia pernah menghadiri suatu undangan telah lewat waktu cukup lama acara masih belum dimulai sehingga akhirnya meninggalkan tempat pertemuan. Keadaan seperti ini menunjukan ketidakpastian, padahal dalam kehidupan ini dituntut kepastian dan kejelasan untuk penentuan pilihan atau penjatuhan keputusan bermartabat yang menghasilkan manfaat.    

            Tidak tepat waktu yang ditentukan dalam undangan untuk pelaksanakan suatu kegiatan  menimbulkan dampak negatif, seperti : Dinilai tidak memiliki budaya disiplin yang baik, tidak terpenuhi atau mengganggu kegiatan lainnya, tidak menghargai bahkan merugikan orang yang telah menepati waktu undangan, merubah sikap orang yang telah tepat waktu hadir dalam undangan menjadi menyesuaikan dengan pelaksanaan yang ngaret atau berlarut lewat waktu, menguras enerji karena menunggu adalah pekerjaan melelahkan, dan pemborosan pembiayaan seperti pemakaian  listrik dan sewa tempat penyelenggaraan.  

 

Menuntut jiwa dan sikap perubahan

Apa yang diutarakan di atas, semoga menggugah  untuk menjadi perhatian kita semua agar setiap pelaksanaan undangan menepati waktu yang telah ditentukan karena kita tahu ada adagium yang menyatakan “Waktu itu adalah uang”, “Karena waktu peluang emas dapat diraih”, “Dengan waktu dapat merubah hidup ini” dan “Waktu yang disia-siakan atau lewat takan kembali untuk dimanfaatkan”. Kita harus yakin tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, kalau kita memiliki komitmen, tekad kuat, dan semangat perubahan secara bersama-sama untuk memperoleh kebaikan, kemanfaatan, dan kemaslahatan, menjadikan  keadaan demikian suatu hal yang mudah untuk dirubah. Memang suatu perubahan selalu mengundang komplain dari pihak yang merasa sudah puas dan nyaman dengan keadaan sebelumnya karena takut kepentingannya terganggu.

Program pemerintah yang dikenal dengan “Revolusi Mental” bertujuan untuk menggembleng manusia Indonesia menjadi manusia baru. Melakukan perubahan mental manusia kearah yang positif, antara lain mengubah sikap pesimis menjadi optimis, sikap pasif menjadi aktif, dan sikap mudah menyerah menjadi pantang menyerah. Sikap tidak disiplin waktu menghadiri undangan merupakan pola pikir lama sehingga harus dirubah dengan cepat dengan cara berpikir yang merespon situasi atau kondisi yang negatif ini kearah yang berdaya guna. Mulailah dari saat ini, dimulai dari diri kita masing-masing, dan diupayakan harus bisa.

Sistem dan teknologi solusi ampuh memberangus berbagai kelemahan dan ketimpangan dalam pelaksanaan pemerintahan, organisasi, dan kegiatan usaha yang sudah berjalan lama dan terstruktur sebagaimana hasilnya telah terwujud dan dirasakan faedahnya oleh masyarakat. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan perubahan ini, yakni :

  1. Mengingatkan dengan cara komunikasi via HP, SMS, dan WA dari penyelenggara terhadap peserta rapat atau yang diundang agar hadir sebelum kegiatan dimulai sehingga akan menggugah untuk menepati waktu undangan.
  2. Diciptakan terjalinnya kebiasaan koordinasi antara sesama peserta rapat atau kegiatan untuk saling mengingatkan untuk hadir tepat waktu. Hadir sebelum kegiatan dimulai bermanfaat untuk melakukan silaturahim yang memilki nilai taqwa karena menghubungkan tali kekeluargaan dan persaudaraan, juga dimanfaatkan untuk pembicaraan awal dalam memecahkan persoalan atau materi pertemuan, dan memiliki nilai ketauladan yang menyenangkan banyak orang terkhusus penyelenggara.
  3. Himbauan pimpinan atau tokoh dalam berbagai lingkup kehidupan tentang “Disiplin Waktu” penting terus dilakukan secara berkelanjutan untuk membentuk karakter manusia yang taat waktu dalam era pembangunan ini.
  4. Ditekankan kepada panitia dan penyelenggara harus sudah siap sebelum waktu pelaksanaan dan sebelum peserta atau undangan hadir.
  5. Tanamkan pemahaman bahwa undangan merupakan kegiatan kolektif, keterlambatan seorang peserta sebagai biang kerok terganggunya suatu acara atau kegiatan. Keadaan ini akan melahirkan disatu pihak adanya pernyataan sikap bersalah dan penyesalan, sedangkan di lain pihak adanya sikap menegur, menyalahkan, dan sekaligus memaafkan.
  6. Kegiatan pimpinan atau tokoh penting mengingat padatnya pemenuhan acara, maka harus disiplin dan pandai mengatur  jadwal dan waktu karena tidak ditepatinya suatu kegiatan awal, kegitan selanjutnya yang telah ditunggu banyak orang akan terlambat pula.
  7. Kunci sukses perubahan program ini, diawali oleh pimpinan pemerintah dari mulai pucuk pimpinan hingga  berjenjang ke bawah sampai pimpinan terendah karena kegiatan banyak menyangkut program pemerintah. Dipastikan contoh yang baik  dari seorang kepala ini, selanjutnya akan ditiru dan mengekor ke bawah yang tidak terbatas di lingkungan instansional melainkan swasta dan kegiatan kemasyarakatan.

             Apabila keadaan ini terus berulang berlangsung akan membentuk suatu nilai baru yang dibutuhkan untuk kepentingan bersama yang bermakna, selanjutnya akan menjadi budaya yang diakui keberadaannya  yaitu “Disiplin Waktu Pelaksanaan Kegiatan” yang menjadi “Ikon dan Kearifan Lokal “ khususnya di Ternate dan umumnya di Provinsi Maluku Utara.

 

# Catatan :

Tulisan Artikel/Opini ini telah dimuat dalam Surat Kabar

Seputar Malut” hari Kamis, tanggal 20 Juli 2017 pada Hal. 9.

 

JADILAH MANUSIA YANG BERUNTUNG

on Wednesday, 12 July 2017. Posted in Artikel

Oleh : Mas Hushendar, S.H., M.H.

Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Maluku Utara

 

          Telah menjadi sifat dan sikap kodrati manusia berharap mendapat keberuntungan dalam menjalani kehidupan  di dunia ini. Dengan keberuntungan akan membantu kebutuhan hidup atau meringankan beban hidup, bahkan terciptanya  kesuksesan hidup. Keberuntungan dalam arti sempit hanya dikaitkan dengan suatu undian berbagai kegiatan dan bentuk, seperti : Arisan, tiket, struk pembelian, kupon, dan perjudian. Dalam dunia usaha faktor keberuntungan dapat terjadi, dalam mana seorang  membeli barang atau surat berharga dengan harga murah di bawah pasaran, lalu dijual dengan harga lebih tinggi. Berbagai macam keberuntungan ini, semata terpokus kepada wujud materi baik berupa uang maupun barang yang beragam jenis, ukuran, bentuk, dan nilainya. Semata hanya mengejar untuk mewujudkan kebahagian dunia, padahal kehidupan sesungguhnya adalah alam akhirat. Adakalanya   seseorang untuk mendapatkan  keberuntungan atau mewujudkan keinginannya menempuh berbagai cara, antara lain meminta bantuan seorang bahkan lebih paranormal, dukun, peramal atau orang yang dianggap memiliki kemampuan lainnya tidak atas dasar agama. Ia mempercayainya seseorang tersebut memiliki kekuatan atau kemampuan khusus selain dari Allah SWT yang dapat mengabulkan apa yang dimohonkannya. Usaha demikian bertentangan dengan ajaran Islam karena menjurus kepada perbuatan syirik, seharusnya berdoa memohon keberkahan dan kemudahan hidup kepada Allah SWT  karena “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu”. Menjadi renungan kita bagaimana mencari keberuntungan untuk memenuhi persyaratan sebagai manusia surga dalam kehidupan akhirat kelak.

         Sesungguhnya begitu banyak keberuntungan yang akan diperoleh manusia dari Allah Swt apabila berusaha melakukan yang dianjurkan dan diperintah-Nya, bahkan baru niat saja untuk melakukan suatu kebaikan sudah merupakan rekening tabungan amal karena sudah dicatatkan, apalagi jika ia melaksanakan niat tersebut maka dicatat berlipat ganda. Sebagaimana dari Abu Hurairah Ra., bahwa Rasulullah Saw. Berkata, “Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman, dan firman-Nya itu benar, “Apabila hamba-Ku bermaksud melakukan kebaikan, maka catatlah sebagai satu kebaikan. Jika ia melakukannya, maka catatlah sepuluh lipat baginya. Apabila ia bermaksud .........” (Hadits ditakhrij oleh At Tirmidzi).

          Umat Allah Swt ditawarkan berbagai kemudahan untuk mendapat balasan pahala sehingga aneka macam dapat diperbuat seperti ajakan atau himbauan untuk melakukan kebaikan dan mencegah suatu perbuatan yang buruk  kepada sesama  manusia yang dikenal dengan istilah “Amar maruf nahi munkar” yang berulang termuat dalam kalam Illahi (QS. At Taubah : 71, QS. Al Ma’idah : 78-79, dan QS. Ali Imran : 104 dan 110). Kiranya dapat menggerakan kesadaran umat manusia untuk berlomba-lomba mencari kebaikan dan keberkahan Allah sebagai bekal kehidupan pada akhir jaman.

           Memang  manusia cenderung melakukan perbuatan yang dilarang dalam Al Qur’an dan As Hadits, baik kurang disadari (khilaf) maupun sengaja dilakukan karena terpaksa atau sudah merupakan pekerjaan atau prilaku buruk sehingga perlu diketuk hati dan pikirannya agar kembali ke jalan yang benar dan lurus yang di ridhoi Allah pencipta alam semesta. Oleh karena kita terlahir sebagai manusia yang diberkahi pikiran dan perasaan diamanati kewajiban hidup untuk memberikan nasihat yang berfaedah kepada sesama saudara muslim. Ini sebagaimana termaktub dalam Qur’an Surat Al A’raf “Aku bagi kalian adalah pemberi nasehat (berkeinginan baik)”dan diperkuat oleh hadits : “Aku niat bai’at (berikrar) kepada Rosulullah Saw. Untuk mendirikan shalat, memberikan zakat, dan nasehat terhadap setiap muslimin”. (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Dimulai Dari Yang Kecil

          Melakukan seruan sebaiknya dimulai dari hal yang kecil supaya lebih mudah diterima dan dicerna untuk dilaksanakan karena tidak menyita pikiran, memerlukan modal bersifat material, banyak tenaga, dan waktu khusus. Misal terdapat sedekah yang bukan berupa uang, melainkan hanya selingan dalam melakukan kegiatan  rutinitas setiap hari maupun diwajibkan oleh agama, sebagaimana suatu hadits menyatakan : ” Setiap ruas tulang manusia itu sebaiknya disedekahi (oleh pemiliknya) setiap  terbit matahari (sebagai pernyataan syukurkepada Allah atas keselamatan tulang-tulangnya). Dan macam sedekah itu banyak sekali berlaku adil diantara dua orang (yang sedang bertengkar/berkelahi) merupakan sedekah; membantu teman ketika hendak menaiki tunggangannya atau memuatkan barang teman ke punggungnya adalah sedekah; ucapan yang baik adalah sedekah; setiap langkah yang engkau ayun untuk melakukan  shalat adalah sedekah; dan menyingkirkan hal yang merugikan orang dari jalan juga sedekah”. (HR. Bukhari). Dari hadits lain pun terdapat perbuatan yang ringan dilakukan tetapi dampaknya besar karena hingga Allah berterima kasih padanya dan mengampuninya yaitu “bagi yang sedang berjalan lalu mengambil dahan duri yang dijumpainya”

         Begitu pun di lingkungan kantor tidak sedikit seruan atau himbauan yang dapat dilakukan, seperti : Mengajak shalat ke masjid, membuang kertas atau bungkus rokok di lantai, mengajari yang belum paham computer, internet (WA, email, focebook, line, wibsite, dan IT lainnya), bekerja iklas, taat aturan, menghormati pimpinan, menengok rekan sakit atau meninggal, bertutur kata sopan, bersikap santun, berqurban pada Idul Adha, dan senang menyumbang. Yang utama dalam bekerja bukan sekedar pengabdian kepada negara dan masyarakat, melainkan dilandasi niat beribadah. “…….salah satu hadis Nabi, bekerja  didasari ibadah untuk menafkahi diri dan keluarga, mempunyai nilai setara dengan jihad fi sabilillah, dapat menghapus dosa, dan menjadi perisai dari api neraka”. (M Yusuf Fachrudin, Materi Kultum Yang Lucu, Menghibur dan Mencerahkan, hal 98). Semua ini memperlihatkan, sungguh Allah Maha Pemurah lagi Maha Pengasih  bagi umatnya yang ingin mendapat imbalan kebaikan dari-Nya.

         Keberuntungan apa bagi manusia yang menyerukan kepada sesamanya untuk melakukan yang maruf dan mencegah yang munkar ? Ternyata segala yang telah ditentukan-Nya, apabila kita kerjakan tidak ada yang sia-sia karena akan mendapat balasan. Tidak seperti manusia membuat kesepakatan dan janji untuk membayar upah bagi pekerja dalam satu proyek, tetapi proyek ditinggalkan dan pekerjanya pun terlantar tidak dibayar.Akibatnya dua pihak yang dirugikan, pekerja dan pemilik bangunan proyek karena sejumlah uang borongan proyek tersebut sudah dibayarkan.  Padahal sebagaimana suatu hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah Allah Azza Wa Jalla memusuhi perbuatan demikian dan sebagai lawan di hari kiamat. Kembali kepada balasan dimaksud di atas adalah berupa pahala yang sama dengan pahala bagi orang yang mengerjakannya, sesuai hadits : “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengerjakannya”. (HR. Muslim no. 1893).

          Allah Maha Adil telah memberikan pahala yang nilainya sama pada dua perbuatan yang berbeda, baik bagi penyeru maupun bagi orang yang mengerjakan suatu perbuatan baik tersebut. Menggugah dan mendorong kita untuk berbuat kedua hal ini. Pilihan yang pertama variasi sarana yang digunakannya, dapat dilakukan secara lisan atau ucapan dari seseorang kepada seorang atau lebih atau kelompok. Dilakukan secara serius, santai, bercanda atau dapat pula secara formil berupa : Hutbah, dakwah, ceramah, kultum, rapat, dan apel. Begitu pula dengan menggunakan sarana teknologi informasi seperti : Komunikasi telpon dan HP, SMS, WA, Line, facebook, dan email. Adapun pilihan kedua tidak tergantung kepada bermodalkan materi, apalagi kaya dulu baru melakukan. Melainkan siapa pun dapat berbuat, cukup bermodalkan kemauan. Dukungan kemampuan materi akan lebih meningkatkan kuantitas dan kualitas nilai perbuatan, apabila dilandasi niat dan ketulus-ikhlasan semata beribadah kepada Allah.

          Galakanlah momentum baik ini untuk berbuat mulai sekarang, jangan lewatkan waktu dan kesempatan dalam menggapai berkah dan rahmat Allah, seolah hari ini adalah kesempatan terakhir agar memacu kita melakukan semaksimal mungkin.Tidak ada alasan tidak bisa karena melakukan hal ini sesuatu yang biasa  sebagai wujud kasih sayang dan tolong menolong karena pada dasarnya sesama orang muslim itu bersaudara. Tanamkan dalam benak pikiran kita kehidupan di dunia ini hanya sementara dan tidak sempurna kecuali kehidupan akhirat. Allah menjamin bahwa kehidupan akhirat lebih baik dari pada kehidupan saat ini (walal-aakhiratu khairul laka minal-uulaa).

          Terbentuknya sikap saling mengingatkan dan senang diingatkan diantara umat muslim merupakan tegaknya kekuatan iman yang memperkuat nikmatnya beragama dan tali persatuan umat Islam dalam menciptakan hakekat agama Islam sebagai rahmatan lil alamin. Oleh karena itu sikap umat muslim gemar  mengingatkan dan berterima kasih diingatkan harus menjadi budaya di negara kita yang mayoritas beragama Islam karena memiliki nilai positif untuk kemajuan  Islam yang otomatis memberikan kontribusi bagi pembangunan negara.

 

Keberuntungan Lain

          Apa yang dikemukakan di atas hanya sekelumit contoh perbuatan yang memberikan keuntungan  kepada manusia karena Allah telah menawarkan sikap-perbuatan lainnya bagi manusia yang dinilai beruntung.

          Dalam pergaulan hidup sesama manusia  banyak kebutuhan untuk saling terpenuhi. Tidak hanya kebutuhan penutup tubuh, pemenuhan perut, pemenuhan rohani, dan tempat beristirahat di waktu siang dan malam, tetapi yang lainnya seperti : Amanat dan janji. Tidak dapat dihindari suatu saat kita terima amanat dari seseorang untuk disampaikan kepada orang lain, begitu pula dalam kehidupan ini kita bersinggungan dengan kebutuhan berjanji kepada orang lain dan berjanji kepada diri sendiri (nazar). Apabila kita memilki tanggung jawab yang baik dalam menyampaikan segala amanat dan selalu memenuhi apa yang kita janjikan, maka kita termasuk orang yang beruntung. Sebagaimana qur’an Surat A-Mu’Minuun ayat 8 menyatakan “Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya (Walla dina humli amanatihim wa ahdihim ra’uuna)”.

         Dalam hidup ini tidak luput dari cobaan yang dapat menyangkut : Harta, pekerjaan (jabatan), jiwa, dan nyawa yang menuntut kesabaran untuk menghadapinya agar cobaan tersebut berakhir atau terlupakan. Menjaga perbatasan negeri merupakan kewajiban bagi umat Islam terhadap serangan dari musuh. Dengan pengucapan  dua kalimat sahadat yang  merupakan kebutuhan rohani sehingga terpatri dalam hati bahwa Islam agama kita, maka menuntut kesadaran yang tulus dan iklas untuk selalu meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Kita termasuk sebagai orang yang beruntung apabila dapat melaksanakan ketiga hal ini, sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an Surat  Aali’Imran : 200 “Wahai orang-orang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkan kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung”.

          Sesungguhnya kita sebagai seorang muslim termasuk beruntung, demikian halnya bagi seorang mualaf. Orang beruntung lainnya adalah yang mendapat rizki halal dengan menerima rela apa adanya  dan merasakan kepuasan sehingga mensyukurinya.  Perihal ini sebagaimana terungkap dalam Hadis dari Abdullah bin Amr, Rosulullah bersabda : “Telah beruntung orang yang masuk Islam, dan mendapar rizki pas-pasan, dan Allah memberi  qana’ah kepadanya terhadap apa yang diberikan kepadanya”.

          Terdapat keberuntungan manusia lainnya, bukan karena manusia harus melaksanakan sesuatu yang diperintahkan Allah, melainkan suatu perbuatan dilarang yang harus dihindari, yaitu : Meminjamkan uang dengan bunga berlipat ganda (riba) kepada orang yang membutuhkan sehingga untuk menjauhi perbuatan yang dilarang ini keimanan seseorang harus diperkuat. Perintah ini sebagaimana firman Allah : “Wahai orang-orang yang beriman ! Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung” (QS Aali ‘Imran : 130).

          Untuk mewujudkan nilai ketaqwaan dan amal-saleh yang tinggi sebagaimana tersebut, di atas, maka dalam diri manusia harus tertanam kuat jiwa yang menyenangi sesuatu kebaikan (ragbah) dan sebaliknya takut pada keburukan (rahbah). Selain pula memiliki sikap pandai mengukur diri sendiri atau mengevaluasi agar selalu berintrospeksi (muhasabah) dan konsisten dalam menjaga keimanan (istiqamah).

 

# Catatan :

Tulisan Artikel/Opini ini telah dimuat dalam Surat Kabar

Seputar Malut” hari Selasa, tanggal 01 Agustus 2017 pada Hal. 9.

 

hacklink hack forum hacklink film izle สล็อตbetbigoMp3JuiceMp3JuicesY2MateYouTube Mp3SnapTikSnapInstaSnapTikY2MateYouTube to Mp3Y2MateTubidyMp3JuiceTubdyMp3JuiceMp3 JuiceYouTube DownloaderDownload LaguTubidyTubidygrandpashaSnaptikNotubeKlinik Kecantikan Terdekatmatbetcasibomceltabetvaycasinomarsbahis girişkiralık hackermeritkingtipobettipobethttps://www.thesprucedgoose.com/paribahis girişjojobetPusulabetmeritkingjojobetholiganbetgrandpashabetgrandpashabetgrandpashagrandpashabetgrandpashabetcasibomhitbetTubidyjojobetdinamobetdinamobetmalayalam sex videoSnapTikmeritkingcasibomTubidycasibom girişjojobetgalabetmatbetcasibomjojobet girişMp3 Juicebetpuanjojobet girişjojobetorisbet giris resmimeritkingdizipaldeneme bonusu veren sitelerdeneme bonusu veren sitelermeritkingSanal Showvbetmarsbahiscasibomcasibombetciovaycasinobetsmovehttps://creditfree.us.com/casibom yeni giriscasibomcasibomportobetj-tou001สล็อต토토사이트jojobetcasibom girişdumanbettipobetmavibetcasibom yeni adresgonabet girismeritkingmeritking girişcasibomcasibom girişultrabetzbahisSanal showgates of olympusbetcio güncel girişbetcio üyelik adresimarsbahismarsbahis üyelik adresimarsbahis girişbetnanobetnanobahiscasinobahiscasinoultrabetultrabetgalabetcasibompashagamingwinxbetbetkolikfenomenbetfenomenbetjojobetMarsbahisjojobet girişcasibomonwinaresbet girişSekabetBetsatBetpuanDinamobetholiganbetholiganbetGrandpashabetCam showcasibomBullbahissweet bonanzameritking girişmeritkingmadridbetmadridbet giriştipobetmatadorbetсмотреть порноCasibomonwinonwintruvabetağaç fenericasibomcasibommatbetgrandpashabetbetebethttps://yeni.sonbahis-orjinal-adresi.com/https://yeni.sonbahis-orjinal-adresi.com/royalbetkingroyalpusulabetbonus veren sitelerbonus veren sitelerbetciojojobetjojobetmeritkingkingroyalmeritkingmeritkingmeritkingmeritkingkingroyalcasibomcasibomcasibomsahabetcasibommadridbetjojobetbetbigojustin tv